Thursday, February 19, 2015

Atraksi Interpersonal

Advertisement
Dean C. Barlund, ahli komunikasi interpersonal manulis, "Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima". Dengan bahasa sederhana berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang, kita sebut dengan atraksi interpersonal. Karena pentingnya peran atraksi interpersonal, kita ingin membicarakan faftor-faktor yang menyebabkan mengapa persona stimuli menarik kita. Di sini pun faktor personal dan situasional menentukan siapa tertarik kepada siapa. Sebenarnya kedua faktor ini dalam kenyataan sering tumpang tindih, sehingga pembagia di bawah ini hanyalah untuk memudahkan penjelasan saja.

Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
Kesamaan Karakteristik Personal
Katakanlah anda berjumpa dengan seorang kenalan baru. Percakapan anda berlangsung mulai dari masalah-masalah demografis ( tinggal dimana, apa pekerjaan ) sampai masalah-masalah politik. Anda mengatakan bahwa pembangunan kita cukup berhasil dengan menyajikan bukti-bukti yang relevan. Kawan anda berpendapat pembangunan kita gagal, dan membuktikannya pula dengan data. Percakapan lebih lanjut menunjukkan banyaknya perbedaan antara anda dengan dia dalam sikap, kepercayaan, dan kesenangan. Besar dugaan, anda tidak akan menyukai kenalan baru anda itu. Sebaliknya, bila dari obrolan itu diketahui anda dan kawan anda sama-sama senang tennis, sama-sama senang nonton acara olah raga, dan sama-sama lulusan dari sekolah keguruan, anda berdua akan saling menyukai.

Atraksi Interpersonal

Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologi, cenderung saling menyukai. eader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengan rangkaian tes kepribadian. Diketemukan, mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Penelitian tentang pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan dengan berbagai kerangka teori.

Menurut teori Cognitive  Consistency dari Fritz Heider, manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Kata Heider, kita cenderung menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita.

Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Anda resah kalau orang yang anda sukai menyukai yang anda benci. Atraksi interpersonal merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi di antara individu. Walaupun begitu, bagi komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari kesamaan di antara peserta komunikasi.

Tekanan Emosional
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskantatau harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Stanley Schachter membuktikan pernyataan di atas dengan sebuah experimen. Iamengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama diberitahukan bahwa mereka akan menjadi subjek experimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Kepada kelompok kedua diberitahukan bahwa mereka hanya akan mendapat kejutan ringan saja. Schachter menemukan di antara subjek pada kelompok pertama (kelompok yang tingkat kecemasannya tinggi), 63 persen ingin menunggu bersama orang lain, dan di antara subjek pada kelompok kedua hanya 33 persen yang memerlukan sahabat. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety-producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.

Harga Diri yang Rendah
Elaine Walster membayar beberapa orang mahasiswi untuk menjadi pesrta dalam penelitian tentang kepribadian. Sesuai dengan rancangan penelitian, sebelum experimaen dimulai, subjek "secara kebetulan" berjumpa dengan seorang mahasiswa yang ingin bertemu peneliti. Terjadilah percakapan sambil menunggu kedatangan peneliti. Si mahasiswa menunjukkan minat yang besar pada mahasiswi itu, Mereka mengobrol selama 15 menit, dan sang perjaka berusaha untuk mengajak berkencan. Setelah itu, subjek diberi tes kepribadian. Sebagian sujek diberi penilaian yang positif (misalnya, kepribadian dewasa, orisional, dan sensitif), setengahnya lagi diberi penilaian negatif (misalnya, belum dewasa, antisosial, tidak memiliki bakat kepemimpinan). Maksud Wlaster, sebagian ditinggikan harga dirinya, sebagian lagi direndahkan. Kemudian, mereka diminta memberikan penilaian sejujur-jujurnya pada lima orang, termasuk laki-laki yang mengajak mengobrol. Ternyata, mahasiswi yang direndahkan harga dirinya cenderung lebih menyenangi laki-laki itu.

Menurut kesimpulan Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan kata lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.

Isolasi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, itu sudah diketahui orang banyak. Manusia mungkin tahan hidup terasing beberapa waktu, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak.

Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial amat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita terhadap orang lain. Bagi orang yang terisolasi (narapidana, petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil), kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan, maka dalam kontek isolasi sosial kecenderungannnya untuk menyenangi orang lain bertambah.

Menurut teori Gain-loss, pertambahan perilaku yang menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri kita. Bila anda disukai orang, anda mendapat ganjaran dalam interaksi sosial. Menurut Aronson, orang yang kesukaannya kepada kita bertambah akan lebih kita senangi daripada orang yang kesukaannya kepada kita berubah. Misalkan, saya mengatakan kepada anda,"Dulu saya tudak menduga anda cerdas. Kini, setelah saya mengetahui anda, saya bertambah kagum kepada anda." Menurut Gain-loss theory, anda akan menyenangi orang lainlebih dalam daripada orang yang kecintaannya kepada kita tidak berubah (rata saja).

Demikianlan artikel tentang Atraksi Interpersonal yang dipublikasikan pada blog Psikologi Komunikasi. Semoga bermanfaat untuk Anda.

Psikologi Komunikasi
Share this article to your friends :
DMCA.com Protection Status

0 comments: