Tuesday, December 17, 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Advertisement
Orang lain

Gabriel Marcel ( filusuf exsistensialis ), yang mencoba menjawab misteri keberadaan ” The Mystery of Being ) menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita. “ The fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and only by starting from them. “ ( Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu. )

Harry Stack Sullivan ( 1953 ) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. S. Frank Miyamoto dan Sanford M. Dornbusch ( 1956 ) mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai ialah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan kesukaan orang lain pada dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya, harga dirinya sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Eksperimen lain yang dilakukan Gargen ( 1965, 1972 ) menunjang penemuan ini. Pada satu kelompok, subjek-subjek eksperimen yang menilai dirinya dengan baik diberi peneguhan dengan anggukan, senyuman, atau pernyataan mendukung pendapat mereka. Pada kelompok lain, penilaian positif tidak ditanggapi sama sekali. Kelompok pertama menunjukkan peningkatan citra diri yang lebih baik, karena mendapat sokongan dari orang lain.

Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita. George Herbert Mead ( 1934 ) menyebut mereka significant others ( orang lain yang sangat penting ). Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W. J. Humber ( 1966 : 105 ) menamainya affective others ( orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional ). Dari merekalah secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat kita memandang diri kita secara negatif.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Dalam perkembangan, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional. Orang-orang ini boleh jadi masih hidup atau sudah mati. Anda mungkin memasukkan di situ idala anda ( bintang film, pahlawan kemerdekaan, tokoh sejarah atau…orang yang anda cintai diam-diam ).

Ketika kita tumbuh dewasa, kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Minah memperoleh informasi tentang dirinya dari kedua orang tuanya, kanak-kanaknya, tetangganya, gurunya, dan sahabat-sahabatnya. Semua memandang Minah sebagai gadis yang nakal. Minah berpikir, “ Saya nakal. “ Ia menilai dirinya sesuai dengan persepsi orang lain ( yang significant dan tidak tentang dirinya ). Pandangan diri anda tentang keseluruhan pandangan orang lain erhadap anda disebut generalized others. Konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead. Memandang diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti mencoba menempatkan diri kita sebagai orang lain. Bila saya seorang ibu, bagaimanakah ibu memandang saya. Jika saya seorang guru, bagaimanakah guru memandang saya. Mengambil peran sebagai ibu, sebagai ayah, atau sebagai generalized others disebut role talking. Role talking amat penting artinya dalam pembentukan konsep diri.

Kelompok Rujukan ( Reference Group )

Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok ( RT, Persatuan Bulutangkis, atau Ikatan Sarjana Komunikasi ). Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga merasa diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan seluruh sifat-sifat dokter menurut persepsi anda.

Psikologi Komunikasi
Share this article to your friends :
DMCA.com Protection Status

0 comments: