Thursday, December 19, 2013

Pesan Linguistik

Advertisement
Apakah Bahasa itu ?

Ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa yaitu definisi fungsional dan defenisi formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai “ alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan “ ( socially shared means for expressing ideas ). Kita tekankan “ socially shared “, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Kata-kata, seperti kita ketahui, diberi arti secara arbitrer ( semaunya ) oleh kelompok kelompok sosial. Tidak ada alasan logis mengapa manusia betina yang baru tumbuh kita sebut “ dara “, dan bagian pohon yang tajam kita sebut “ duri “. Orang perancis menyebut yang pertama “ jeune fille “ dan yang kedua “ epine “.

Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa ( all the conceivable sentences that could be generated according to the rules of its grammar ). Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberikan arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi : “ Di mana saya dapat menukar uang ? “ akan disusun dengan tata bahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut :

Inggris : Where can I change some money ? ( Di mana dapat saya menukar beberapa uang ? )
Perancis : Ou puis-je change de I’argent ? ( Di mana dapat saya menukar dari itu uang ? )
Jerman : Wo kann ich etwasGeld wechseln ? ( Di mana dapat saya sesuatu uang menukar ? )
Spanyol : Donde puedo cambiar dinero ? ( Di mana dapat menukar uang ? )

Tata bahasa meliputi tiga unsur : fonologi, sintaksis, dan semantik. Menurut George A. Miller ( 1974 : 8 ), untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap pengetahuan bahasa di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa itu. Misalnya, kita harus sanggup membedakan bunyi “th” dalam “the” dengan “th” dalam “think”. Pada tahap kedua, kita harus memiliki pengetahuan sintaksis tentang cara pembentukan kalimat. Misalnya dalam bahasa inggris kita harus tahu menempatkan “to be” pada kalimat-kalimat nominal. Pada tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. Misalnya, kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada tahap keempat, kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan. Dan pada tahap yang kelima, kita harus mempunyai semacam sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
Pesan Linguistik
Tiga tahap yang pertama khusus dibicarakan oleh ahli-ahli bahasa. Pada dua tahap terahirlah psikolog menaruh perhatiannya. Psikolinguis menelaah peranan konsep dan kepercayaan dalam menggunakan dan memahami pesan.

Misalnya ada orang yang berkata : “ Saya menemukan buku kuno tentang raja-raja yang dimakan rayap. “ Kalimat ini mempunyai arti ganda. Kalimat ini dapat berarti, saya menemukan buku kuno yang dimakan rayap dan isinya berkenaan dengan raja-raja. Atau ini berarti, saya menemukan buku kuno, isinya menceritakan raja-raja yang dimakan rayap. Dengan fonologi, sintaksis, dan semantic kita tidak dapat menentukan mana arti yang benar.

Tetapi kita dapat segera mengetahui arti yang benar. Tidak mungkin raja-raja dimakan rayap. Dari mana kita tahu ? Dari susunan kata ? Bukan. Dari arti kata-kata ? juga bukan. Kita mengetahuinya dari pengetahuan konseptual yang kita miliki. Walaupun kamus hanya menjelaskan raja sebagai penguasa kerajaan dan rayap sejenis serangga, kita dapat dengan pasti menyimpulkan raja tidak mungkin dimakan rayap. Dalam pikiran kita ada kerangka konseptual yang menolak kejadian itu. Dalam dunia yang pernah kita ketahui tidak ada cerita tentang raja yang dimakan rayap. Raja makan rayap, masih mungkin.

Mungkin saja, kata kawan anda. Ia meyakinkan anda bahwa ada raja-raja yang mati dimakan rayap. Anda mungkin akan menilai ucapan sahabat anda dengan merujuk pada sistem kepercayaan anda. Anda berteriak, “ Aku tidak percaya ! “ Jadi, kerangka konseptual dan sistem kepercayaan menentukan komunikasi linguistik.

Anda boleh jadi menguasai tata bahasa Inggris, mengerti lebih dari 30.000 kata, dan mampu membedakan berbagai bunyi dalam bahasa inggris dengan cermat. Anehnya, anda tidak dapat tertawa enak, ketika dosen anda di ruangan sebuah universitas di Amerika membuat humor. Tidak ada yang lucu. Rekan-rekan mahasiswa Amerika terbahak-bahak. Anda mungkin meragukan kemampuan bahasa Inggris anda. Setelah sekian tahun anda di Amerika, anda teringat lagi dengan homor dosen tersebut. Heran, sekarang anda tertawa. Pada diri anda sekarang sudah terbentuk kerangka konseptual dan sistem kepercayaan yang baru.

Psikologi Komunikasi
Share this article to your friends :
DMCA.com Protection Status

0 comments: