Friday, October 4, 2013

Sistem Komunikasi Kelompok

Advertisement
Philip Zimbardo, profesor psikologi di Stanford University, membuat experimen yang kontroversial. Bersama beberapa orang rekannya, ia ingin mengetahui apakah perilaku tahanan dan penjaganya disebabkan oleh situasi penjara atau oleh kerakteristik mereka sendiri. Kira-kira 75 orang mahasiswa diseleksi secara klinis, dan ada 21 orang dipilih karena kepribadiannya dianggap dewasa dan stabil ( sehat ). Mereka kemudian dimohon untuk ikut serta dalam experimen psikologi selama dua minggu dengan honorarium $ 15 sehari. Secara acak, setengahnya ditempatkan sebagai penjaga penjara, dan setengahnya lagi sebagai tahanan.

Supaya suasana experimen itu mirip kenyataan yang sebenarnya, para "tahanan" dijemput polisi dari rumah-rumah mereka. Masing-masing dituduh sebagai pencuri lalu digeledah, dibelenggu, diambil sidik jarinya, dan diinterogasi. Di penjara yang tak lain lokasinya adalah ruang bawah tanah Gedung Psikologi Stanford, mereka ditelanjangi, disemprot dengan pembasmi kutu, diberi pakaian napi, dan ditempatkan pada sel sempit bersama dua orang "napi" lainnya. Mereka harus memperoleh izin penjaga untuk melakukan kegiatan rutin seperti menulis surat, merokok, atau menggunakan toilet.


Para "penjaga" bekerja bergiliran. Ada tiga aplusan dalam sehari semalam. Mereka menggunakan seragam penjaga penjara, lengkap dengan kacamata hitam, belenggu, pentungan karet, dan peluit. Mereka dilarang menggunakan kekerasan, tetapi boleh berbuat apa saja untuk menjaga ketertiban dan keamanan.

Sistem Komunikasi Kelompok
Apa yang terjadi ? Dalam tempo enam hari, terjadi hal-hal yang mengerikan. Para tahanan menjadi depresif dan pasif. Sementara itu, penjaga menjadi lebih otoriter, brutal, dan memaksa tahanan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh. Mahasiswa-mahasiswa yang normal, sehat, dan terpelajar telah berubah menjadi "psikopat". Empat orang dibebaskan setelah lima hari karena berteriak-teriak histeris, menderita kecemasan, dan gejala-gejala depresi lainnya. Seorang diantara mereka dikeluarkan karena menunjukkan gejala psikosomatis. Setalah seminggu, exsperimen dihentikan. Para tahanan gembira, tetapi para penjaga kecewa. ( Zimbardo, Haney, dan Banks, 1973 )     Berdasarkan hasil exsperimen itu, Zimbardo menyimpulkan bahwa perilaku sadistis para penjaga penjara, dan perilaku pasif para tahanan, bukan disebabkan oleh "pembawaan" mereka, melainkan karena pengaruh kelompok rujukan yang diidentifikasi mereka. Banyak kritik dilontarkan pada exsperimen ini termasuk dari segi metodologis dan etis. Namun apapun kelemahannya, penelitian ini membuktikan pengaruh kelompok pada perilaku anggota-anggotanya.

Kita semua menjadi anggota kelompok, bahkan berbagai kelompok. Anda boleh menjadi anggota kelompok studi mahasiswa, kelompok pecinta alam, KNPI, Karang Taruna, atau kelompok yang lainnya. Setiap hari kita masuk dalam kegiatan kelompok, mulai diskusi ringan di meja makan sampai perdebatan hangat di ruang sidang. Kelompok menentukan cara anda berkata, berpakaian, bekerja, keadaan emosi, suka maupun duka. Karena itu, komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.

Para Da'i menggunakan kegiatan kelompok yang disebut usrah untuk meningkatkan perkambangan rohaniah dan kesadaran beragama.

Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi 


Para Psikolog Sosial juga mengnal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang-surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang, perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti yang diramalkan Steiner ( 1974 ), menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruk kelompok pada perilaku kita.

Psikologi Komunikasi
Share this article to your friends :
DMCA.com Protection Status

0 comments: